![]() |
Ilustrasi baterai kendaraan listrik |
SOLO - Seiring dengan meningkatnya penggunaan kendaraan listrik, permasalahan pengelolaan baterai bekas menjadi tantangan serius bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Hal ini terungkap dalam penelitian doktoral Annie Purwani, dosen Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, yang dipaparkan dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor Teknik Industri di Solo, Jawa Tengah, Jumat.
Dalam penelitiannya tentang strategi optimal pengelolaan End-of-Life (EoL) baterai swap sepeda motor listrik, Annie mengungkapkan bahwa baterai bekas yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan ancaman serius. "Karena di dalamnya ada nikel, mangan yang akan memengaruhi kesehatan atau bisa menjadi pemicu kanker dan gangguan pernapasan pada manusia," jelasnya.
Dampak negatif baterai bekas tidak hanya terbatas pada kesehatan manusia, tetapi juga berpengaruh signifikan terhadap ekosistem. Annie menjelaskan, "Dengan begitu air menjadi tidak aman untuk dikonsumsi. Sedangkan jika kena di tanah juga akan mengganggu ekosistem tanah." Material baterai yang terbawa air dapat mengubah tingkat keasaman air, sementara kontaminasi pada tanah dapat merusak keseimbangan ekosistem.
Menghadapi permasalahan tersebut, Annie merekomendasikan solusi daur ulang untuk baterai bekas. "Jadi baterai yang sebetulnya masih baik harapannya bisa dapat didaur ulang karena ini kan ada material pendukungnya. Kalau bikin baru dengan material baru artinya harus membuka pertambangan baru. Akhirnya lama-lama juga akan habis," ungkapnya.
Dalam penelitiannya, Annie mengusulkan konsep EoL baterai swap dengan metode Life Cycle Assessment (LCA) untuk mengukur dampak lingkungan dan menentukan kriteria serta nilai cut-off guna mendukung rantai pasok sirkular yang lebih efisien. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, dimulai dengan pengukuran dampak lingkungan pada baterai swap 1,4 kWh dengan State of Health (SoH) 80 persen, dilanjutkan dengan penentuan kriteria dan nilai cut-off EoL untuk optimalisasi pengelolaan baterai.
Hasil penelitian mengungkapkan dua temuan utama yang signifikan. Pertama, identifikasi lima faktor utama dampak lingkungan: terrestrial ecotoxicity, fossil resources scarcity, human carcinogenic, global warming dan terrestrial acidification. Penelitian ini menemukan bahwa cut-off optimal pada SoH 88 persen sebelum perbaikan dapat menekan emisi karbon hingga 1.641 kg CO2 eq dan meningkatkan efisiensi material hingga 0,94.
Temuan kedua menghasilkan penetapan dua kriteria cut-off EoL berdasarkan Global Warming Potential (GWP) dan Material Circularity Index (MCI), serta model prediksi penarikan baterai EoL di swap station menggunakan Response Surface Methodology (RSM).
"Strategi ini memperpanjang masa pakai baterai dan mengurangi dampak lingkungan, serta berpotensi diintegrasikan dengan Battery Management System (BMS) untuk recall baterai yang lebih akurat sebelum mencapai End-of-Life. Temuan ini memberikan solusi nyata bagi industri EV serta mendukung pengembangan keilmuan Sistem Logistik dan Rekayasa Bisnis dalam bidang Teknik Industri," papar Annie.
Kontribusi penelitian ini semakin signifikan mengingat pertumbuhan penggunaan sepeda motor listrik yang semakin meningkat. Meskipun kendaraan listrik dianggap sebagai solusi transportasi ramah lingkungan, pengelolaan baterai bekas tetap menjadi tantangan yang harus diatasi.
Atas penelitian yang memberikan solusi konkret bagi industri kendaraan listrik dan lingkungan ini, Annie berhasil meraih gelar doktor dengan predikat pujian. Temuannya diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan sistem pengelolaan baterai yang lebih berkelanjutan di masa depan.